Tuesday, May 31, 2011

Menuai Kebaikan [Repost]

Rabu, 6 Mei 2009

Dua tahun yang lalu, bulan April 2007, tugas pertamaku sebagai seorang Junior Mining Engineer di PT. Bahari Cakrawala Sebuku. Bertugas di sebuah pulau kecil di tenggara pulau Kalimantan. Kebetulan pas melalui masa Paskah. Pertama kali merayakan hari besar jauh dari keluarga. Bingung, sedih juga, ngga tau harus gimana. Di Pulau Sebuku ngga ada gereja Katolik. Untung ada beberapa teman disana yang ngajak ikut ibadat Ekumene (mudah-mudahan ngga salah tulis) di sebuah ruangan di camp PT. Buma, jadi Jumat Agung tetep bisa beribadah meskipun dengan cara GKI.

Lalu seorang kakak tingkat, mbak Titis, yang bekerja di PT. Buma (kontraktor PT. BCS), kenal baik sama pastor di Gereja Katolik di Kotabaru, Pulau Laut. Pastor itu yang "memaksa" kami untuk merayakan Malam Paskah di Gereja St. Yusuf - Kotabaru. Padahal dari Pulau Sebuku, harus menyebrang ke Pulau Laut dengan speed boat selama kurang lebih 45 menit, lalu dilanjutkan dengan perjalanan darat. Tapi dengan kebaikan hatinya, Pastor itu menawarkan untuk menjemput kami di Teluk Gosong (tempat terdekat di Pulau Laut menuju Pulau Sebuku), dan menawarkan kami menginap di Pastoran untuk kemudian bersama-sama ke gereja dan merayakan misa.

Setelah melalui berbagai perjuangan, karena ngga mudah buat seorang visitor seperti aku untuk bisa keluar teritori PKP2B tanpa seijin KTT (Kepala Teknik Tambang). Hampir saja ngga boleh pergi gara-gara speedboat-nya ternyata ngga dilengkapi dengan pelampung & safety tools yang memadai. Mbak Titis langsung berinisiatif untuk membawa sendiri pelampung milik PT. Buma. Biaya sewa speedboat yang cukup mahal, kami anggap sebagai persembahan, lagipula kami berangkat bertiga (aku, mbak Titis & mbak Stefi) jadi bisa patungan.

Sesampainya di Teluk Gosong, kami sudah dijemput seorang Romo dengan senyuman ramah dan mobil Kijang warna hijau. Romo Doni namanya, asalnya dari Desa Goloworok, Manggarai, Flores, NTT. Romo Doni orangnya ramah dan hangat, beliau senang bercerita dan selalu tertawa, bahkan untuk hal-hal yang menurutku kurang lucu. Kami diberi satu ruangan kamar untuk ditempati bertiga. Kami ditunggu saat bersiap-siap untuk berangkat ke gereja. Sebelum misa, kami diajak makan malam bersama di pastoran. Sepulang gereja kami juga diajak jalan-jalan berkeliling Kotabaru. Beliau bercerita, kalau ini mungkin misa besar terakhir yang dipimpinnya di gereja ini. Tak lama lagi beliau akan dikirim untuk bertugas di Paroki salib Suci Beduai, Keuskupan Sanggau, Kalimantan Barat.

Ngga terasa, hampir 2 tahun berlalu, tapi kebaikan hatinya masih membekas dalam di hati kami masing-masing. Kemarin malam, sambil menunggu dijemput, tiba-tiba Romo Doni menelponku. Beliau menanyakan kabarku dan kabar kekasihku sambil berpesan, untuk selalu menyerahkan segala keputusan pada Tuhan.

Romo Doni bercerita, bahwa di kampungnya sekarang sedang dibangun sebuah kapel. Kapel sederhana berukuran 12 x 21 meter. Kapel tersebut merupakan salah satu kapel di stasi Santo Fransiskus, Paroki Rejeng - Manggarai - Flores - NTT. Biaya yang dibutuhkan untuk membangun kapel tersebut sebesar Rp. 336.000.000,-. Sungguh mencolok perbedaannya dibandingkan dengan gereja-gereja yang akan dibangun di Jakarta dan sekitarnya yang biayanya mencapai puluhan milyar rupiah.

Lalu dalam kerendahan hati, Romo Doni meminta tolong, kiranya ada seorang atau dua orang kenalanku yang berbaik hati untuk berdonasi, agar dapat membantu meringankan biaya pembangunan kapel tersebut. Aku mulai berpikir, kenalanku??? Aku punya banyak teman, Romo! Mereka semua orang baik! Pasti Romo, jawabku, pasti mereka mau membantu...

Hai teman-teman yang membaca dan terketuk hatinya, ayo bekerja di ladang Tuhan! Sisihkan harta atau rejekimu untuk saudara kita. Banyak atau sedikit, biar Tuhan yang menilai dan mengganjar kita sesuai dengan apa yang kita lakukan.

Silakan menghubungi:
Rm. P. Donatus Anggur (Rm. Doni) di 0813 4819 1617
No. Rekening BRITAMA 0127-01-006165-50-5
BRI unit WAE BELANG Cabang Ruteng
A.N. Panitia Pembangunan Gereja St. Fransiskus Goloworok.

Damai bagimu sekeluarga.

From My Man's Eyes

From My Man's Eyes


this is an image of me, taken by FX Dwi Putranto 

The Mice and The Maze

Ada saat dimana seseorang mengalami masa - masa terburuk dalam hidupnya. Saat merasa rapuh, saat tujuan hidup mulai mengabur dan saat segala yang dekat terasa jauh. In time like these, God always have a unique way to offer me solutions. Salah satunya melalui sebuah buku yang kutemukan kurang lebih di tahun 2008, sebuah buku karya Spencer Johnson M.D. berjudul Who Moved My Cheese - sebuah cerita tentang 4 karakter "The Mice" yang hidup dalam sebuah labirin "The Maze" yang menghadapi perubahan yang tak terduga ketika suatu saat mereka mengetahui bahwa makanan "Cheese" mereka telah hilang. Sniff dan Scurry yang adalah tikus - tikus kecil serta Hem dan Hew yang merupakan manusia berukuran tikus, masing - masing mencoba beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi dalam "The Maze" dengan cara mereka masing - masing. Namun, salah satu dari mereka sama sekali tidak beradaptasi.

Buku ini menganalogikan kehidupan manusia baik secara pribadi maupun secara berkelompok yang hidup di dalam "The Maze" sebuah metafor dari perusahaan atau organisasi tempat kita bekerja, masyarakat disekitar kita, keluarga yang kita cintai atau tempat - tempat yang kita datangi untuk menemukan hal - hal yang kita inginkan. "Cheese" merepresentasikan karir impian, hubungan percintaan, kekayaan atau our spiritual peace of mind.

Seiring dengan berjalannya waktu dan pengalaman,  satu karakter akhirnya berhasil dan bahkan sukses menghadapi perubahan yang terjadi di dalam "The Maze". Dalam upaya untuk berbagi tentang apa yang telah ia pelajari sepanjang perjalanannya, ia mencatat penemuan pribadinya pada dinding "The Maze" yang ia sebut "Handwritings on The Wall".

...Likewise, when we begin to see the "Writing on the Wall", we discover the simplicity and necessity of adapting to change.

Setelah membaca buku ini, I feel magically relieved. Perasaan tertekan, letih menunggu, dan pikiran - pikiran negatif mereduksi dengan sendirinya. Seperti mendapat jawaban, dari pertanyaan klasik "why's this damned thing happened to me?". Changes - an all time but brand new thing I've learned. Yes, I have to adapt. Kalau situasi dan stagnasi tidak berubah, berarti aku yang harus berubah.

Aku adalah subjek dalam kalimat hidupku. Aku adalah pemeran utama dalam drama kehidupanku sekaligus sutradara dan produser (merangkap make up artist tentu saja). I am the super star performing tonight at the stage of my life.

Puisi ini tertulis di halaman awal buku Who Moved My Cheese. Deep and inspiring!
A.J. Cronin's - God's Perfect Ways
"Life is no straight and easy corridor along
which we travel free and unhampered,
but a maze of passages,
through which we must seek our way,
lost and confused, now and again
checked in a blind alley.
But always, if we have faith,
a door will open for us,
not perhaps one that we ourselves
would ever have thought of,
but one that will ultimately
prove good for us."

Ave Maria


Nel nome del Padre, del Figlio e dello Spirito Santo. 
Amen.
Salve Regina, Mater misericordiae.
Vita dulcedo et spes nostra salve.
Ad Te clamamus, exules filii Evae. 
Ad Te suspiramus gementes et flentes.
In hac lacrimarum valle. 
Eia ergo advocata nostra.
Illos tuos misericordes oculos ad nos converte.
Et Jesum, benedictum fructum ventris tui. 
Nobis post hoc exilium ostende.
O Clemens. o pia, o dulcis Virgo Maria. 
Amen.

Sembah bekti kawula Dewi Maria kekasihing Allah,
Pangeran nunggil ing Panjenengan dalem
Sami-sami wanita sang Dewi pinuji piyambak
Saha pinuji ugi wohing Salira Dalem Sri Yesus
Dewi Maria ibuning Allah
Kawula tiyang dosa sami nyuwun pangestu Dalem
Samangke tuwin benjing dumugining pejah
Amin.