Monday, October 31, 2011

The Last Day of 4 Years and 7 Months

Today is my last day, working here in PEU. Four and a half - extraordinary years I've been trough. I'm so proud of being the part of a small pond and grew as they developing the company.
Now it's time for me to bring myself outta my comfort zone and push it to the limit of being a small fish in a bigger pond.
This is an excellent one in a lifetime challenge and I have to conquer it. Because this is part of my dream, this is the path to my next bigger dreams.
I believe God's plan is the most perfect plan for me. And I'm willing to pursue my life trough Him. Along with His great plan.
Thanks to the unstoppable support of my family and friends.
Thanks to the company I left.
Thanks to the new company I'm joining.
My wish is simple. I want to become other's salt and light.


With much love,
-me-

Tuesday, August 23, 2011

Kpop Vs Musik Melayu

Judul yang provokatif ya?
Tapi ini bukan tentang perbandingan antara musik dari Korean Wave (atau sering disebut Kpop) dengan musik Melayu yang belakangan sedang digemari oleh banyak kalangan masyarakat di Indonesia. Tulisan ini justru menilik beberapa kesamaan yang tragis dari kedua jenis musik populer ini, tentu saja sekali lagi, hanya dari mata saya, seorang yang tidak terlalu mengerti musik, seorang pendengar, konsumen.
Saya mulai mendengarkan musik yang berasal dari Korea awalnya karena kegemaran akan serial-serial drama Korea yang lalu berlanjut pada kesukaan saya pada lagu-lagu soundtrack dari drama tersebut. Meskipun ngga tahu apa arti lirik yang dinyanyikan, tapi ini membuktikan bahwa memang benar musik adalah bahasa universal. Sebuah lagu OST. Coffee Prince berjudul White Love Story mampu membawa semacam perasaan lucu yang menyenangkan saat saya dengarkan, dan itulah lagu pertama berbahasa Korea yang menjadi penghuni playlist saya.  
Si Won - Oh My Lady
Lalu diikuti dengan sebuah serial berjudul Oh My Lady yang dibintangi oleh Choi Si Won yang menghantarkan saya lebih jauh terperosok ke dalam lumpur hisap bernama Hallyu (sebutan lain untuk Korean Wave). Si Won yang adalah anggota Super Junior sebuah boyband terkenal di Korea dengan jumlah member terbanyak sedunia (dengan 13 orang personil) akhirnya menggelitik rasa ingin tahu saya untuk mengenal dan mendengarkan lagu-lagu mereka. Masih sangat jelas di benak saya, lagu pertama SuJu yang saya dengarkan adalah No Other yang terdapat dalam album ke-4 mereka Bonamana.
Sekali lagi, saya tidak pernah mengerti arti keseluruhan lagu ini, tapi melodinya yang riang dan ditunjang dengan video klip yang menarik sukses meracuni pikiran saya. Dan akhirnya saya jatuh cinta...
Saat itu, saya menulis sebuah pernyataan di salah satu akun social media yang saya miliki, bahwa tidak adil rasanya menghakimi sebelum mendengar, maka saya mulai mendengarkan SuJu.
I gave 'em a chance
Sejak itulah kegemaran saya akan musik beraliran Kpop semakin membesar dan tentu saja semakin besar pula keinginan untuk membagi dengan orang-orang disekitar saya. Senangnya saat tahu bahwa banyak orang yang senasib dengan saya, mereka juga tersedot oleh pikat Kpop dan mengalami gejala yang hampir serupa dengan saya. Tapi dimana ada lovers selalu ada haters. Itulah yang saya alami, beberapa orang terdekat justru sering merendahkan selera saya akan musik ini. Awalnya mungkin mereka cuma bermaksud bercanda, menggoda atau melucu dengan ungkapan "musik homo" yang mereka lontarkan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu lontaran komentar serupa tidak kunjung reda dan justru semakin memanaskan telinga. 
Hey, ini saatnya untuk melihat kedalam diri sendiri. Bukan melulu salah mereka jika mereka memutuskan untuk membenci. Mungkin saya yang keterlaluan, atau mungkin saya yang mengganggu zona kenyamanan mereka sehingga mereka bereaksi dengan penolakan. 
Jadi dalam rangka berlaku adil, saya mencoba untuk mencari analogi. Pencarian ini berujung pada diri saya sendiri, pada ketidaksukaan yang saya alami pada musik melayu. Musik melayu (secara sewenang-wenang) saya tuduh sebagai perusak musik Indonesia, menurunkan kualitas baik pendengar maupun pembuat musik itu sendiri. Bahkan dengan lantang dan terang-terangan saya merendahkan musik-musik Melayu itu di berbagai akun social media. 
Lalu saya renungi, yang dialami oleh pecinta musik Melayu itu sekarang saya alami, betapa tidak enaknya saat sesuatu yang kita senangi dicibir oleh orang lain, betapa kesalnya saat orang yang kita sayangi memilih untuk memasang earphone dan mendengarkan musik lain dengan keras saat kita memutar lagu yang kita sukai.
Memangnya apa yang salah dengan musik Melayu? Memang musik mereka mendayu-dayu, melankolis dan kurang bersemangat, tapi toh easy listening alias gampang nempel di kepala orang yang mendengarkan. Saya memang tidak mengikuti perkembangannya, tapi beberapa lagu band-band Melayu itu ada yang secara otomatis saya hafal diluar kepala (paling tidak bagian reff.nya). Sesuatu yang tidak disengaja tapi mengganggu harga diri saya sebagai haters musik Melayu.
Begitulah kira-kira pembelaan saya terhadap Kpop yang saya dengarkan. Kalau seseorang sangat suka mendengarkan Lady Gaga, Maroon5, Incubus atau Lenka, maka orang itupun akan menyukai beberapa lagu Kpop. Coba berikan kesempatan pada Ugly - 2NE1 yang terdengar Avril Lagvine-ish. Atau rasakan manisnya I Think I Love You - Byul (OST Full House). Dan biarkan diri kita larut dalam kesedihan That Man - Hyun Bin (OST Secret Garden). Paling tidak, orang tersebut akan menyukai satu dari sekian banyak lagu-lagu pop Korea itu. 


Dan kalau saja demi satu lagu yang Anda suka itu, Anda mau melepaskan kebencian dan menghentikan penghinaan, Anda akan kagum akan besarnya beban kepenatan yang hilang dari hati Anda, karena sesungguhnya penat itu asalnya dari rasa benci yang kita simpan dalam hati kita.


May God always bless each one of you, because to you, Dear Haters, you know I love you!


XOXO


Thursday, August 18, 2011

Find Your Twins

Ungkapan kalo semua orang punya kembarannya sendiri mungkin aja bener. Terlebih di era teknologi internet sekarang ini, untuk menemukan siapa kembaranmu jadi lebih mudah. Semudah meng-upload sebuah foto kita ke situs social media. Try it here.
Ini dia kembaran-kembaranku:
My twin sisters and brothers


Lihat sesuatu yang aneh dari hasil ini? Coba perhatikan mata kembaran-kembaranku itu. RIGHT!! They're all having ORIENTAL faces. But, at least now I know that Leeteuk from SuJu and KHJ are my twins. Sure I'll hugs 'em when we're met each other someday.


XOXO

Wednesday, August 3, 2011

[Jelas] Bukan Bintang Biasa


A real star for a star...

Pertama kali baca berita ini di tabloid berposter yang gue beli di terminal Lebak Bulus. Reaksi pertama cuma geleng-geleng sambil senyam-senyum, tapi belakangan setelah direnungkan lagi, wah... GILA... ide untuk ngasih BINTANG ASLI ke idola itu bener-bener gila.
Ya, bintang. Bintang yang biasa kita lihat setiap malam cerah, bintang yang jarang kelihatan dari Jakarta, entah kalau dari Seoul. Dan betul, ini memang tentang kegilaan ELF (sebutan untuk fanbase grup boyband terkenal dari Korea - Super Junior). Mereka [perseorangan maupun berkelompok] benar-benar telah merogoh kocek entah seberapa dalam untuk membelikan idola kesayangan mereka sebuah bintang asli yang mereka namai dengan nama-nama idola mereka itu.
Is that sounds weird? Bagi mereka, itu adalah simbol rasa sayang mereka bagi idolanya. Well, gue juga termasuk salah satu penggemar lagu-lagu dan performance Suju. So it's not like I wanna judge them or else, I just want to share my thought.
Bintang-bintang ini bisa dibeli di berbagai situs-situs "penjual bintang" atau lebih tepatnya situs yang memberi kita selembar sertifikat kepemilikan bintang lengkap dengan koordinat dan foto dari bintang tersebut. Harganya berkisar dari yang paling murah US$ 54 sampai US$154.95 di situs milik International Star Registry dan kisaran harga lain di situs-situs serupa.
Yang menjadi pertanyaan adalah, seberapakah keberwenangan situs-situs tersebut untuk dapat meng-klaim bahwa bintang-bintang yang mereka "jual" adalah milik/barang dagangan mereka? They owned the stars? From who? God Himself?
So, menurut om Wiki, satu-satunya badan resmi internasional yang diakui oleh ahli-ahli astronomi diseluruh dunia adalah International Astronomical Union yang berlokasi di Perancis dan inilah jawaban mereka tentang buying star names.
Jadi jangan heran kalau kita mengetik nama-nama berikut di Hipparcos Data Catalog hasilnya nihil;
Suju Star Names

Jadi yang bikin gue bertanya-tanya adalah sebenernya mereka ngeluarin uang untuk apa? Demi seutas kata "terimakasih" dari sang idola kah? Did they even thank you, guys, for the stars?
Apa ngga cukup uangnya dipakai untuk beli tiket nonton konser mereka yang super mahal? Menurut gue, itu udah bentuk support paling maksimal yang berhak diterima artis-artis itu. Karena bagi mereka, kita ini "hanya" pasar tempat mereka menjual suara, penampilan, dan hiburan lainnya.
Sekedar saran dari orang yang terlalu pintar nih, mending beli CD nya, tonton konsernya, dan kalau masih ada uang lebih, sumbangin ke anak-anak yang ngga mampu bayar sekolah atas nama idola kita itu. At least, someone's got its advantage.
I guess...

Here Comes The Stars

Tuesday, August 2, 2011

Doa Seorang Anak

My Parents
Di dalam doamu, kau sebut namaku
Di dalam harapmu,
kau sebut namaku (kau ingat diriku)
Di dalam segala hal, namaku di hatimu.
Tak dapat kubalas cintamu ayahku
Tak ‘kan kulupakan nasehatmu ibu.
Hormati orang tuamu
Agar lanjut umurmu di bumi.
T’rima kasih ayah dan ibu
Kasih sayangmu padaku
Pengorbananmu meneteskan peluh
‘tuk kebahagiaanku.
Tuhan lindungi ayah ibuku
Dalam doa kuberseru
Tetes air matamu yang kau tabur dituai bahagia.
Tetes air matamu yang kau tabur dituai bahagia.


Friday, July 8, 2011

Late Nite Fantasy

I've made these collages but I did not takes the pictures by myself.
If you are sure that you are open minded and positive acceptable person then make yourselves comfortable viewing this album. But oppositely, please kindly leave this page without saying bad words. Because I don't buy any criticism.

With so much love,

XOXO

Saranghae Hyun Bin!!

난 널 사랑해

No Pok! No Babi!!!

tell me if you can hold your laugh

Your Haters is Somebody Else's Lovers

one of @sumargodenny 's inspirational twit 

Diary of A Newly Wed

When you're dreaming with a broken heartThe waking up is the hardest part...
(John Mayer - Dreaming With a Broken Heart)

Well, this isn’t about broken heart or something alike. It’s about a newlywed changing lifestyle. There are too many ideas of how people will live their life after marriage. I’ve got bunches of it. I was thinking of waking up early in the morning, making breakfast or preparing some lunch, roasting coffee and daily morning kisses.
Morning Coffee and Love
But hey… I never thought that the hardest part is waking up earlier than him. He’s work early, got to be going before six. I was habitually wakes up at 6.30 sometimes at 7. First day feels like I have a first flight to catch. Insane, unsecure and rush. Not to mention that he’s turned the alarm off before I can hear it yelling. Not good.
Second day didn’t get any better. He wakes me up just to say good bye, I’m leaving then kiss me before I totally awaken. I fell to anger. Angry for me, who’s still couldn’t make it at the second change. Then I decided to tell him not to turn off my alarm before I woke up. I’m telling him how I want to start my day as a new wife. Thankfully he’s able to understand and every time he wakes up earlier he turn his alarm off and also grabs my alarm and hands it to me – particularly because I was sleeping when he puts the alarm so close to my ear.

As I try to always put some moral to my stories, well perhaps the moral of this story is; when people are willing to communicate every single circumstances then happiness is just right in front of your door.