Tuesday, August 23, 2011

Kpop Vs Musik Melayu

Judul yang provokatif ya?
Tapi ini bukan tentang perbandingan antara musik dari Korean Wave (atau sering disebut Kpop) dengan musik Melayu yang belakangan sedang digemari oleh banyak kalangan masyarakat di Indonesia. Tulisan ini justru menilik beberapa kesamaan yang tragis dari kedua jenis musik populer ini, tentu saja sekali lagi, hanya dari mata saya, seorang yang tidak terlalu mengerti musik, seorang pendengar, konsumen.
Saya mulai mendengarkan musik yang berasal dari Korea awalnya karena kegemaran akan serial-serial drama Korea yang lalu berlanjut pada kesukaan saya pada lagu-lagu soundtrack dari drama tersebut. Meskipun ngga tahu apa arti lirik yang dinyanyikan, tapi ini membuktikan bahwa memang benar musik adalah bahasa universal. Sebuah lagu OST. Coffee Prince berjudul White Love Story mampu membawa semacam perasaan lucu yang menyenangkan saat saya dengarkan, dan itulah lagu pertama berbahasa Korea yang menjadi penghuni playlist saya.  
Si Won - Oh My Lady
Lalu diikuti dengan sebuah serial berjudul Oh My Lady yang dibintangi oleh Choi Si Won yang menghantarkan saya lebih jauh terperosok ke dalam lumpur hisap bernama Hallyu (sebutan lain untuk Korean Wave). Si Won yang adalah anggota Super Junior sebuah boyband terkenal di Korea dengan jumlah member terbanyak sedunia (dengan 13 orang personil) akhirnya menggelitik rasa ingin tahu saya untuk mengenal dan mendengarkan lagu-lagu mereka. Masih sangat jelas di benak saya, lagu pertama SuJu yang saya dengarkan adalah No Other yang terdapat dalam album ke-4 mereka Bonamana.
Sekali lagi, saya tidak pernah mengerti arti keseluruhan lagu ini, tapi melodinya yang riang dan ditunjang dengan video klip yang menarik sukses meracuni pikiran saya. Dan akhirnya saya jatuh cinta...
Saat itu, saya menulis sebuah pernyataan di salah satu akun social media yang saya miliki, bahwa tidak adil rasanya menghakimi sebelum mendengar, maka saya mulai mendengarkan SuJu.
I gave 'em a chance
Sejak itulah kegemaran saya akan musik beraliran Kpop semakin membesar dan tentu saja semakin besar pula keinginan untuk membagi dengan orang-orang disekitar saya. Senangnya saat tahu bahwa banyak orang yang senasib dengan saya, mereka juga tersedot oleh pikat Kpop dan mengalami gejala yang hampir serupa dengan saya. Tapi dimana ada lovers selalu ada haters. Itulah yang saya alami, beberapa orang terdekat justru sering merendahkan selera saya akan musik ini. Awalnya mungkin mereka cuma bermaksud bercanda, menggoda atau melucu dengan ungkapan "musik homo" yang mereka lontarkan. Namun, seiring dengan berjalannya waktu lontaran komentar serupa tidak kunjung reda dan justru semakin memanaskan telinga. 
Hey, ini saatnya untuk melihat kedalam diri sendiri. Bukan melulu salah mereka jika mereka memutuskan untuk membenci. Mungkin saya yang keterlaluan, atau mungkin saya yang mengganggu zona kenyamanan mereka sehingga mereka bereaksi dengan penolakan. 
Jadi dalam rangka berlaku adil, saya mencoba untuk mencari analogi. Pencarian ini berujung pada diri saya sendiri, pada ketidaksukaan yang saya alami pada musik melayu. Musik melayu (secara sewenang-wenang) saya tuduh sebagai perusak musik Indonesia, menurunkan kualitas baik pendengar maupun pembuat musik itu sendiri. Bahkan dengan lantang dan terang-terangan saya merendahkan musik-musik Melayu itu di berbagai akun social media. 
Lalu saya renungi, yang dialami oleh pecinta musik Melayu itu sekarang saya alami, betapa tidak enaknya saat sesuatu yang kita senangi dicibir oleh orang lain, betapa kesalnya saat orang yang kita sayangi memilih untuk memasang earphone dan mendengarkan musik lain dengan keras saat kita memutar lagu yang kita sukai.
Memangnya apa yang salah dengan musik Melayu? Memang musik mereka mendayu-dayu, melankolis dan kurang bersemangat, tapi toh easy listening alias gampang nempel di kepala orang yang mendengarkan. Saya memang tidak mengikuti perkembangannya, tapi beberapa lagu band-band Melayu itu ada yang secara otomatis saya hafal diluar kepala (paling tidak bagian reff.nya). Sesuatu yang tidak disengaja tapi mengganggu harga diri saya sebagai haters musik Melayu.
Begitulah kira-kira pembelaan saya terhadap Kpop yang saya dengarkan. Kalau seseorang sangat suka mendengarkan Lady Gaga, Maroon5, Incubus atau Lenka, maka orang itupun akan menyukai beberapa lagu Kpop. Coba berikan kesempatan pada Ugly - 2NE1 yang terdengar Avril Lagvine-ish. Atau rasakan manisnya I Think I Love You - Byul (OST Full House). Dan biarkan diri kita larut dalam kesedihan That Man - Hyun Bin (OST Secret Garden). Paling tidak, orang tersebut akan menyukai satu dari sekian banyak lagu-lagu pop Korea itu. 


Dan kalau saja demi satu lagu yang Anda suka itu, Anda mau melepaskan kebencian dan menghentikan penghinaan, Anda akan kagum akan besarnya beban kepenatan yang hilang dari hati Anda, karena sesungguhnya penat itu asalnya dari rasa benci yang kita simpan dalam hati kita.


May God always bless each one of you, because to you, Dear Haters, you know I love you!


XOXO


No comments:

Post a Comment